Penulis : Redaksi

Tanah Bumbu – Raganya telah dimakan usia, melayani tamu yang datang hanya dengan duduk berselonjor di atas kasur. Di hadapan kekek yang tinggal di kota pejuang Pagatan ini, Kapolres Tanah Bumbu AKBP Arief Prasetya sungkem dan mencium tangannya.

Tahun 1979, Tanah Bumbu belum seperti sekarang. Masih satu induk dengan Kotabaru. Akses darat masih sulit, kapal kayu jadi andalan warga.

Masa itulah Saryono pertama tugas jadi polisi. Profesi yang kemudian tidak sangka-sangka akan dia jalankan sampai di usia senjanya.

“Tahun 74 saya dibawa ayah ke Banjarmasin. Sampai Banjar, saya langsung dibawa ke tukang cukur, waktu itu rambut masih gondrong, baru lulus SMP. Habis cukur, saya langsung didaftarkan ke kepolisian. Itulah awal mulanya,” ujar Saryono di kediamannya dekat lapangan sepak bola 7 Februari.

1979 Saryono lulus dan ditugaskan ke Pulau Laut Kotabaru. Masa itu jumlah polisi di daerah masih bisa dihitung dengan jari. Melayani warga dengan sarana transportasi plus komunikasi yang terbatas menjadi tantangan sendiri.

“Kriminal tinggi. Di Rampa Kotabaru hampir tiap hari orang bertikai dengan senjata tajam,” kenangnya.

Pada zaman itu, ketika menangani kriminal, polisi mesti cermat dan ekstra hati-hati. Salah sedikit, atau bertindak arogan, nyawa bisa melayang: karena keterbatasan senjata dan personel.

Hingga pensiun tahun 2016 tadi, Saryono menghabiskan seluruh masa tugasnya di Reserse. “Ratusan perkara kriminal yang sudah saya tangani. Tapi ada satu yang paling saya ingat, ketika saya tugas di Polsek Batulicin. Saya lupa tahun persisnya kapan,” ujarnya.

Masa itu, dia rekan-rekannya diadukan warga ke pengadilan. Oleh warga yang tidak terima karena menganggap telah mendapat tindakan kekerasan dari salah satu oknum di reserse Polsek Batulicin.

Kejadian tersebut katanya begitu membekas. Hanya karena kealpaan satu orang yang tidak sabar saat menjalankan tugas pemeriksaan, semua polisi jadi tercoreng. Dan mengembalikan lagi kepercayaan masyarakat memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Dari sana dia semakin yakin, bahwa kesabaran dan teknik dalam interogasi menjadi aspek penting dalam mengungkap kejadian perkara. “Penting sekali memutuskan perkara berdasarkan fakta lapangan, bukan semata mengandalkan pengakuan lisan,” tegasnya.

Kesabaran dan membumi menurut Saryono harus menjadi pegangan polisi. “Jangan sok polisi,” tekannya.

Karena nama baik dan jasa-jasanya dalam sejarah perjalanan kepolisian di daerah, Kapolres Tanah Bumbu AKPB Arief Prasetya pun mendatangi kediaman kakek tersebut. Pertemuan yang junior dan senior yang dibalut dalam bingkai Hari Bhayangkara ke 78 tersebut pun berlangsung haru dan penuh kekeluargaan.

Arief menatap bangga sekaligus haru, melihat tubuh yang sekarang sedang sakit tersebut. Setelah mengucapkan salam, pria tinggi besar ini lantas membungkuk dan meraih tangan Saryono serta menciumnya.

“Kalian yang tugas di Pagatan, tengok-tengoklah senior kita ini,” ujarnya terbata.

Dalam kunjungannya tersebut, Arief yang saat itu didampingi Waka Kompol Sofyan juga memberikan bantuan berupa keperluan rumah tangga dan sejumlah nominal.

“Beliau adalah satu orang yang berjasa di era-era awal kepolisian. Semoga apa yang telah beliau sumbangkan bagi bangsa dan negeri ini mendapat ganjaran pahala,” doa Arief. [zal]

Advertisements