Penulis : Redaksi

“Sebenarnya sejak dulu anak menginap di mesjid sudah ada tapi makin kesini kian menghilang. Kondisi ini dicoba dihidupkan kembali oleh sosok Zairullah dengan menghidupkan mesjid di desa-desa,” ujarnya.

Baginya Satu Desa Satu Mesjid sungguh luar biasa unik dan nilai-nilai religiusnya sangat kental. “Ini unik sekali dan nilai-nilai religiusnya juga ada,” sambungnya.

Nasrullah juga menerangkan, jika dalam sudut pandangnya kegiatan SDSM ini juga mengandung upaya untuk memakmurkan mesjid. Karena tanggung jawab umat bukan hanya membangun mesjid, tapi harus pula dimakmurkan mesjidnya.

“Memakmurkan mesjid sangat bermanfaat bagi masyarakat dan orang tua peserta didik itu,” lanjutnya.

Kemudian ia tak memungkiri program ini sudah sangat bagus. Namun ia memberikan masukan agar lebih diperluas lagi. Khususnya dalam sinergi untuk memberikan kelancaran operasional dan kegiatannya berkelanjutan. Sehingga perlu melibatkan semua lapisan masyarakat.

“Terutama organisasi kemasyarakatan. Seperti NU maupun Muhammadiyah. Karena nantinya tak hanya Pemda yang bergerak, tapi juga seluruh lapisan masyarakat,” harapnya.

Selain itu sarannya tetap melibatkan komunitas kepemudaan. Misalnya remaja mesjid (BKPRMI) atau bahkan anggota Karang Taruna masing-masing desa.

Lantas ia menyimpulkan jika Program SDSM yang diterapkan di Kabupaten Tanah Bumbu ini sangat menarik. Alumni SDSM bakal menjadi generasi muda penghapal Al-Qur’an, selain membanggakan orangtuanya juga masyarakat setempat.

“Kebanggaan orangtua yang memiliki anak penghapal Al-Qur’an tak hanya saat di dunia namun hingga ke akhirat,” tandasnya.

Diakhir sesi wawancara Ustadz Nasrullah menyampaikan keinginan dan harapannya agar Program SDSM ini bisa diadopsi kabupaten kota lainnya di Kalsel khususnya. Mengingat Kalimantan Selatan mayoritas penduduknya muslim.

Advertisements