Penulis : Redaksi

“Anak-anak bisa belajar lebih dalam meningkatkan adab islaminya, karakter dan akhlaknya,” kata Hafiz.

Ia menyebutkan, kegiatan di mesjid mengandung banyak nilai keagamaan dan bisa mengembalikan fitrah mesjid sebagai pusat ilmu dan pengetahuan.

“Pasalnya melakukan aktivitas di mesjid sangat bermanfaat dan baik diberdayakan. Mesjid bukan saja menjadi tempat ibadah umat muslim. Namun juga sarana sebagai pusat pembelajaran dan menimba ilmu untuk bekal menjalani kehidupan,” tuturnya.

Hafiz sangat mendukung Program Satu Desa Satu Mesjid ini. Karena anak-anak sudah dikenalkan dan diberikan cara mencintai mesjid. Mengingat mesjid merupakan awal peradaban Islam.

“Menggerakkan dan memprogramkan kegiatan di mesjid itu sangat luar biasa untuk perkembangan anak. Khususnya untuk karakteristik islamiah,” tuturnya.

Dikatakannya, dengan dukungan fasilitas dan pengajar yang berkompeten, ia optimis anak-anak yang nyantri di mesjid bisa cepat menjadi penghapal Alquran. Kemudian kedepan bisa mengembangkan kegiatan serupa di mesjid-mesjid lain.

“Saya berharap program ini menjadi inspirasi kabupaten lain untuk menerapkan kebijakan serupa. Sehingga dapat mengembalikan fitrah anak-anak cinta terhadap mesjid,” pungkasnya.

SDSM Masuk Kurikulum Ekstrakulikuler Sekolah

Saat ini Program SDSM kian diperkuat dengan masuknya ke dalam pelajaran ekstrakulikuler wajib sekolah. Targetnya dapat melahirkan sumber daya manusia Qur’ani yang berkualitas, produktif dan berakhlakul karimah.

Sejak diluncurkan satu tahun terakhir, berbagai upaya sudah dijalankan dan mulai membuahkan hasil. Nyaris setiap malam sebanyak 171 mesjid di seluruh penjuru Bumi Bersujud tak pernah lepas dari kegiatan mengaji.

Belajar memperdalam ilmu agama dan salat. Semua dilakoni anak-anak peserta didik setingkat sekolah dasar dan lanjutan pertama sederajat.*

Advertisements