Kabupaten Banjar, lenterabanua.com – Komisi I dan II DPRD Banjar menggelar rapat gabungan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat terkait desa wisata yang terdampak banjir dan pandemic covid-19.
Anggota Komisi II DPRD Banjar, Saidan Pahmi membeberkan selain adanya pandemic covid-19, masalah yang dialami destinasi wisata di Kabupaten Banjar adalah dampak banjir hebat awal tahun 2021 yang membuat beberapa destinasi wisata nyaris “mati suri”.
“Salah satunya objek wisata pasar terapung Lok Baintan, akibat banjir berdampak pada penurunan produktivitas hasil pertanian warga. Tentu, juga berdampak pada menurunnya jumlah pedagang yang berjualan di pasar terapung,” beber Saidan saat rapat diruang Komisi II DPRD Banjar, Selasa (10/8/2021).
Padahal, sambung Saidan, keseharian aktivitas pasar terapung Lok Baintan didominasi oleh transaksi hasil pertanian warga sekitar seperti jeruk, rambutan, pisang serta sayur mayor.
“Setelah terjadi banjir banyak tanaman pangan dan hasil kebun mereka yang terdampak,” terang dia.
Dipastikan Saidan, DPRD Banjar akan melakukan koordinasi lintas dinas terkait agar persoalan ini bisa diatasi secara simultan.
“Persoalan ini tidak bisa hanya diatasi oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata saja, melainkan juga akan melibatkan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura juga,” ucap dia.
Sementara itu, Kepala Desa Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, Bawai membenarkan objek wisata kearifan local Pasar Terapung Lok Baintan sepi sejak enam bulan terakhir, tepatnya pasca-banjir awal tahun 2021.
“Warga banyak kehilangan tanaman kebun seperti buah dan sayur yang mati akibat terdampak banjir. Padahal, hasil kebun buah seperti jeruk, rambutan, pisang serta sayur komoditi yang biasa dibawa pedagang untuk dijual di pasar terapung,” kata Bawai.
Dijelaskan Bawai, pedagang yang saat ini masih bertahan berjualan di pasar terapung Lok Baintan sebagian hanya menjual ikan tangkap.
“Sedangkan pedagang yang masih menjual hasil tani seperti buah dan sayur kebanyakan bukan hasil dari kebun sendiri atau warga setempat, melainkan membeli hingga ke kabupaten tetangga Barito Kuala demi tetap bisa berjualan dan mendapatkan penghasilan,” miris dia.