Tanah Bumbu – Ribuan masyarakat dari berbagai penjuru padati Pondok Pesantren Datu Kalampayan Barugelang, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Rabu (2/10/2024) malam.
Dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H sekaligus haul ke-179 Mufti Syekh H Muhammad Arsyad Bin Mufti Syekh H M As’ad Al Banjari (Datu Kubah Pagatan).
Dari ribuan jamaah, tampak hadir pula Calon Bupati Tanah Bumbu Nomor Urut 1 Andi Rudi Latif atau akrab disapa Bang Arul. Ia membaur dan duduk berdampingan dengan para ulama dan habaib.
Kehadiran Bang Arul yang diumumkan panitia sebagai Calon Bupati Tanah Bumbu menarik perhatian jamaah. Mereka saling lempar dan berbagi senyum. Adapun rangkaian haul dan maulid ini diantaranya Kalam Ilahi yang dilantunkan oleh santri Muhammad Aufa.
Kemudian pembacaan Manakif Datu Kubah Pagatan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Datu Kalampayan Pagatan, Guru H Abdul Gaffar Sidiq. Sedangkan tausiah disampaikan Pimpinan Ponpes Dalam Pagar Kandangan, KH Ahmad Syairazi.
Andi Rudi dan ribuan jamaah tampak hening ketika mendengarkan sejarah singkat kehidupan Mufti Syekh HM Arsyad Bin Mufti Syekh HM As’ad Al Banjari. Dari lahir hingga wafat dan di makamkan di pesisir Pantai Pagatan, Kusan Hilir.
Dalam manakifnya diceritakan, jika Datu Kubah Pagatan lahir di Martapura, Kabupaten Banjar. Ayahnya seorang Mufti di Kerajaan Banjar, Syekh Muhammad As’ad Al Banjari dan Buyutnya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan).
“Beliau dilahirkan sekitar 1765 M di Kampung Martapura. Ketika diusia masih muda, bersama empat saudara menuntut ilmu ke Tanah Suci Mekkah dan berguru kepada Asy-Syekh Ahmad Ad-Dimyiati, Asy-Syekh Yusuf dan Asy-Syekh Ar-Rahbini,” urai Guru Gaffar membacakan manakifnya.
Datu Kubah Pagatan, lanjut Guru Gaffar, dipercaya mengajar di Masjidil Haram sebelum akhirnya dipanggil kembali ke Kerajaan Banjar untuk menjadi Mufti, menggantikan sang ayah Mufti Syekh HM As’ad Al Banjari yang telah wafat.
“Selama menjadi Mufti di Kerjaan Banjar, beliau termasyur dengan sifat yang sopan, rendah hari, adil dan tegas menumpas kebatilan. Beliau juga menghabiskan masa hidupnya dengan mengajar ilmu agama kepada muridnya. Salah satu muridnya adalah Sultan Adam,” tutur Guru Gaffar.
Hingga suatu ketika, Datu Kubah Pagatan berkeinginan untuk mengunjungi kakaknya Syekh Abu Tolhah yang menjabat sebagai Mufti di Kesultanan Kutai. Dan akhirnya kedua bertemu dan melepas rindu dengan penuh haru.
“Setelah lawatannya di Kutai, beliau kembali ke Kerajaan Banjar menggunakan kapal layar. Dipertengahan perjalanan, beliau singgah di Pagatan, Tanah Bumbu,” sambungnya.
Di tempat ini Datu Kubah Pagatan sempat berdakwah dan membuka majelis pengajian di mesjid Pasar Lama Pagatan. Hingga akhirnya takdir Allah SWT memanggilnya berpulang ke Rahmatullah. Beliau wafat pada tahun 1850 M atau 23 Rabiul Awwal 1267 H.
“Innalilahi Wainnailaihi Rojiun. Beliau wafat pada usia 85 tahun dan kemudian di makamkan tepi Pantai Pagatan, di Desa Mattone Tanah Bumbu,” tutup Guru Gaffar.
Saat ini, makam Datu Kubah Pagatan menjadi satu tujuan wisata religi yang selalu diziarahi oleh masyarakat dari berbagai pelosok.
Kegiatan haul Datu Kubah Pagatan dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini ditutup dengan ceramah oleh Pimpinan Ponpes Dalam Pagar Kandangan, KH Ahmad Syairazi.
Dalam satu kutipan tausiyahnya, ia berpesan jika seorang pemimpin ingin langgeng dan berkah menjalankan amanahnya, jangan tinggalkan alim ulama.
Pesan itu beririsan dengan kiprah paslon Andi Rudi Latif – H Bahsanuddin yang selalu melibatkan, menghormati dan menggandeng ulama dalam segala urusannya. *