Masa pandemi berkepanjangan mempengaruhi gairah dunia pariwisata, yang kian lesu. Di kabupaten Tanah Bumbu, hanya destinasi Pulau Burung, di kecamatan Simpang Empat yang masih menggeliat, meski mengalami penurunan tajam terhadap jumlah kunjungan. Dalam rangka mendongkrak kembali sektor ini, pemerintah desa setempat dan pengelola mewacanakan pembangunan tempat inap wisata untuk menarik minat wisatawan berkunjung.
Tanah Bumbu, lenterabanua.com – Kunjungan wisatawan ke destinasi Hutan Mangrove di desa Pulau Burung, kecamatan Simpang Empat, kabupaten Tanah Bumbu tak pernah sepi meski ditengah pandemi Corona Virus Diseas 2019 (Covid-19) yang masih melanda negeri ini, tak terkecuali Bumi Bersujud hingga saat ini. Bahkan Tanah Bumbu masih masuk kategori zona merah.
Namun minat pelancong berwisata ke pulau burung tak terbendung, karena hanya objek wisata ini yang memilki aturan ketat dalam penerapan protokol kesehatan. Sehingga memberikan jaminan keamanan penyebaran virus Corona bagi pengunjung. Bahkan untuk bisa menikmati keindahan hutan mangrove ini, wisatawan wajib mematuhi aturan terkait pencegahan Covid-19.
Meski demikian, Kepala Desa Pulau Burung, Sayyidina mengakui volume kunjungan wisatawan selama pandemi melanda mengalami penurunan drastic. Pasalnya, kekhawatiran pengunjung terpapar virus mematikan ini cukup dominan.
“Memang selama pandemi jumlah kunjungan menurun. Tapi mereka yang datang masih banyak, tak hanya wisatawan loka, tapi juga nusantara,” ungkap Kepala Desa Pulau Burung, Sayyidina, Rabu (7/4/2021).
Ia mengaku, dalam rangka mendongkrak jumlah kunjungan, pihaknya akan mencoba mengambil pkebijakan konkrit bersama Pengelolaan objek wisata. Diantaranya dengan menambah beragam fasilitas dan sarana pendukung destinasi untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke Pulau Burung.
“Kami mewacanakan membangun penginapan diatas air di objek wisata ini. Fasilitas ini nantinya tak sekedar dimanfaatkan untuk menginap wisatawan, tapi juga bisa digunakan untuk sarana memancing ikan bagi pengunjung yang hobi pancing,” jelasnya.
Namun untuk mewujudkan impian itu, pihaknya butuh dukungan pemerintahan daerah, baik berupa saran masukan maupun suport lainnya.
“Kami berharap wacana ini bisa direalisasikan dalam waktu segera, sehingga target meningkatkan pendapatan bisa tercapai,” pungkasnya.
Sementara sejumlah pengunjung mengaku sangat menikmati liburannya di Pulau Burung. Seperti yang diutarakan Henny Tri Handayani, warga Keurahan Kampung Baru, Simpang Empat ini.
“Selain menyajikan keindahan alam dan kesejukan hutan mangrove, objek wisata ini cukup memberikan warna bagi wisatawan. Alasannya fasilitas dan sarana yang disediakan lebih variatif,” ujarnya.
Menurutnya, objek wisata ini cukup bagus karena baginya Pulau Burung merupakan destinasi wisata baru, yang cocok buat liburan warga Tanah Bumbu bersama keluarganya.
“Kekurangannya jumlah perahu penyeberangan menuju objek wisata ini kurang banyak. Sementara peminatnya cukup banyak. Selain itu kaau bisa ditambah atau diperluas tempat-tempat wisatanya,” harapnya.
Diakuinya, destinasi hutan mangrove ini cukup lengkap karena sudah ada sejumlah gajebo penuh warna. Belum lagi jalan titian hutan mangrove yang memiliki sejumlah spot foto, seperti spot foto sarang burung, kapal hingga spot foto alat music dengan background laut langsung.
“Selain itu, banyak kalimat edukasi disepanjang jalan titian hutan mangrove, bagus bagi anak-anak untuk beajar,” pungkasnya.
Wisata hutan mangrove, desa Pulau Burung ini memang menjadi salah satu wisata popular di daerah ini. Kendati aksesnya harus naik kapal, namun saat sampai di lokasi bakal disuguhkan sejumlah tempat yang menarik dan tidak membosankan.
Untuk bisa menikmati semua fasilitas di destinasi ini, pengunjung dienakan tarif masuk. Yakni Rp. 20.000 bagi pengunjung dewasa dan Rp. 10.000 untuk anak-anak. Sementara untuk biaya transportasi menggunakan kapal ke Pulau Burung dari dermaga Batulicin, dikenakan ongkos Rp. 30.000 dewasa dan Rp. 15.000 bagi anak-anak pulang pergi. Mustika Dwi