Penulis : Redaksi

Saat ini angka prevalensi di Tanbu beradaa pada titik 18,7 %, sehingga masih intervensi yang harus dilakukan pemerintah daerah, terutama untuk 1.000 hari pertama kelahiran.

Kemudian dibutuhkan analisis situasi program yang dilakukan guna mengidentifikasi beberapa hal seperti sebaran kasus yang terjadi, kesediaan program penanganannya, serta sasaran prioritas agar penanganan pencegahan stunting bisa berjalan dengan optimal.

Studi Banding ke Kota Batu Karena Sukses Tekan Angka Stunting

Langkah lain yang terus ditempuh, yakni dengan belajar ke daerah yang sudah sukses menurunkan angka stunting. Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur diantaranya yang mampu menekan hingga diangka 15 persen. Padahal sebelumnya mereka berada diposisi angka 30 persen.

Kota ini pun menjadi tujuan Pemkab Tanah Bumbu untuk studi, belajar cara penanganannya. Kunjungan dipimpin langsung Ketua TP2S sekaligus Ketua TP PKK Kabupaten Tanah Bumbu, Hj Wahyu Windarti Zairullah, bulan lalu.

“Kita akan aplikasikan yang belum diterapkan di Bumi Bersujud untuk penanganan permasalaham stunting,” katanya.

Yaitu diawali dengan membuat roadmap. Kemudian melakukan kajian terhadap pokok permasalahan kondisi riil dilapangan.

Roadmapnya antara lain, menentukan lokus, pola asuh anak, perkawinan usia dini, masa kehamilan ibu, membuat modul sebagai bahan bacaan masyarakat dan bekerjasama dengan dokter spesialis anak untuk melakukan screening.

Selain itu juga bekerjasama dengan KUA setempat dalam pembekalan kesehatan reproduksi terhadap calon pengantin.

Penanganan stunting sendiri menjadi perhatian serius pemerintah. Baik pusat maupun daerah. Demikian pun Dinas P3AP2KB dan Dinas Kominfo SP Tanah Bumbu, kerap melaksanakan pertemuan pembahasan terkait stunting ini. Salah satunya menggandeng BKKBN Kalimantan Selatan.

“Adanya penguatan komitmen dan sinergi dari stakeholder dan unsur terkait di Tanah Bumbu, agar dapat saling berperan dalam wilayah dan fungsi kerjanya masing-masing sehingga percepatan penurunan stunting dapat terlaksana,” kata Kepala BKKBN Kalsel, Hamdan, kala itu.

Ia optimis, jika komitmen dapat berjalan dengan optimal, maka target penurunan stunting tahun 2024 bisa mencapai sekitar 14 persen, terlebih lagi untuk menekan angka penurunan stunting di Kalsel yang saat ini tertinggi ke-6 se-Indonesia yakni sebesar 30% berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia tahun 2021. [tim]

Advertisements