Penulis : Redaksi
  • Anggota Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi saat reses di Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kotabaru.

Kotabaru, lenterabanua.com – Menjadi mata pencaharian warga di Desa Tanjung Pangga, Kotabaru, Kepiting Rajungan ternyata memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan menguntungkan. Komoditas ini bahkan tembus pangsa pasar bernilai ratusan hingga jutaan rupiah per Kg.

“Seandainya komoditi ini bisa dimanfaatkan dari hulu ke hilir, mohon maaf harganya tidak segini, tetapi bisa bernilai harga ekspor,” ungkap Anggota Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi saat reses di desa itu, Jumat (22/10/2021).

Menurutnya, apabila pemanfaatan dapat dikelola secara baik dan maksimal, harganya tidak Rp500.000 – Rp600.000 lagi. Tak menutup kemungkinan potensi tersebut sangat besar.

“Maka, bisa diprediksi sebagai penyumbang dalam penerimaan di Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru, bisa bernilai dolar,” ucapnya.

Legislator yang akrab disapa Paman Yani ini menyampaikan, kepiting yang hidup di hutan bakau di Desa Tanjung Pangga, mampu dimanfaatkan warga sekitar untuk bertahan hidup. Terlebih, mampu menghidupi kebutuhan sehari-hari para nelayan di daerah tersebut.

“Saya melihat memang wilayah ini sangat berpotensi besar untuk melakukan pembudidayaan kepiting rajungan bakau. Bahkan, kabarnya harga jual komoditi di sejumlah pasarnya pun juga bagus,” ucap anggota Komisi II DPRD Kalsel yang akrab disapa paman Yani.

Sementara itu, Kades Tanjung Pangga, Hendera Jainal Rahmadi mengungkapkan keuntungan yang didapatkan, diakuinya pernah mendapati harga hingga ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.

“Saya akui ini komoditas menjanjikan kedepannya bagi perekonomian masyarakat desa menuju pemulihan dimasa pandemi Covid-19,” ujarnya.

Bahkan, sambungnya, kepiting rajungan bakau ini perlu dilestarikan keberadaaan agar tetap bisa dinikmati hingga anak cucu kita.

Meski sempat anjlok karena pandemi. Namun, dia mengungkapkan, belakangan harga kepiting rajungan bakau kembali terjual normal di pasaran. Bahkan, berangsur-angsur mulai merangkak naik.

“Sempat harga perkilonya di pasaran sekitar Rp8.500 karena dampak dari Covid-19. Tetapi, setelah melandai dan berada di level 2, penjualannya naik secara drastis mulai dari Rp120.000 yang belum dikupas,” tukasnya.

Namun jika sudah dikupas cangkangnya untuk diambil dagingnya mampu berkisar antara Rp550.000 – Rp650.000. Bahkan, jelasnya, bisa tembus diangka Rp1.000.000 diborong penikmat kepiting rajungan bakau.

“Saya berharap, adanya uluran tangan atau bantuan serta pembinaan dari pemerintah daerah dalam mendorong pangsa pasar dari komoditi kepiting rajungan bakau tersebut,”

Agar perekonomian di desa ini juga mampu bangkit dan pulih sesuai potensi hasil laut yang selama ini mampu dimanfaatkan.

“Mayoritas warga selain berkebun, sebagian ada nelayan. Jadi kami berharap adanya penyuluhan hingga membina bagaimana agar budidaya ini mampu terealisasi secara baik dan berhasil,” pungkasnya. ***

Advertisements