Penulis : Redaksi

Palangkaraya – Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setprov Kalsel, Ariadi Noor, mewakili Gubernur Muhidin tampil sebagai keynote speaker di seminar internasional Pumpung Hai Borneo, di Kalawa Convention Hall, Palangka Raya, memperingati Hari Masyarakat Adat Sedunia.

Acara berskala internasional ini dihadiri lebih dari 3.000 peserta dari seluruh wilayah Kalimantan, termasuk dari negara tetangga Sabah dan Sarawak, Malaysia.

Momentum ini tidak hanya menjadi peringatan Hari Masyarakat Adat Sedunia, tetapi juga sebagai napak tilas peristiwa bersejarah perjanjian damai Tumbang Anoi tahun 1894.

Ketika itu para Damang dan tokoh Dayak bersatu untuk mengakhiri konflik dan mempererat tali persaudaraan.

Dalam pidato yang dibacakan oleh Ariadi Noor, Gubernur Kalsel menegaskan pentingnya memahami dan merawat hubungan genealogis dan historis antara masyarakat Banjar dan Dayak yang telah terjalin sejak lama.

“Kalimantan Selatan memiliki ikatan sejarah dan budaya yang sangat kuat dengan masyarakat Dayak. Ikatan ini tidak hanya terpatri dalam sejarah panjang Pulau Borneo pasca Perang Dunia II dan pembentukan Provinsi Kalimantan, tetapi juga terus hidup dalam interaksi sosial dan budaya sehari-hari,” ujar Ariadi Noor, Senin (25/8/2025).

Lebih lanjut, Gubernur Kalsel menyoroti peran Kalimantan Selatan sebagai jembatan kerjasama budaya lintas wilayah, baik antar provinsi di Indonesia maupun dengan wilayah serumpun di Malaysia.

“Kami berkomitmen menjadikan Kalimantan Selatan sebagai jembatan kolaborasi antar budaya dan peradaban Borneo. Pemerintah Provinsi Kalsel siap memperkuat kerjasama adat dan kebudayaan yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.

Seminar internasional ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat adat di Pulau Borneo tetap menjadi pilar penting dalam menjaga identitas, harmoni, dan keberlanjutan kebudayaan di tengah arus globalisasi. [mckalsel]

Advertisements