Penulis : Redaksi

Tanah Bumbu, lenterabanua.com – Saat berada di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, tak lengkap jika belum mencicipi sate kambing Bu Suman, di kecamatan Karang Bintang. Selain segar, sate kambing yang disuguhkan sangat empuk dan renyah. Sehingga tak heran jika warung Bu Suman sangat kondang sejak pertama kali membuka usaha 1984.

Warung sate kambing Bu Suman terletak di Blok A desa Manunggal, kecamatan Karang Bintang, kabupaten Tanah Bumbu. Berada ditepi jalan poros nasional, sekitar 20 KM dari ibu kota kabupaten, Batulicin. Setiap Selasa, meski kedai ini berada di pojok kampung, namun tak pernah sepi penikmat daging kambing, yang datang dari berbagai kota. Seperti Batulicin, Kotabaru dan Banjarmasin.

Kedai sate kambing ini sangat kondang, dan cukup lama bertahan sejak buka usaha tahun 1984 silam. Dari awal dikelola sang pemilik, Bu Suman hingga sekarang diwarisi sang putri, Siti Masitah, dalam 7 tahun terakhir. Pelanggannya kian bertambah banyak, dari kalangan biasa sampai pejabat, komandan berbagai satuan bahkan pengusaha terkenal.

Apa yang membuat warung ini istimewa. Padahal secara umum tak ada bedanya dengan kedai maupun rumah makan lazimnya menyediakan kuliner daging kambing. Dilihat dari kondisi kedai sangat sederhana, bahkan terbilang kecil dari segi ukuran bangunan. Tapi, setiap kali warung ini buka setiap hari Selasa, pengunjung selalu ramai hingga rela mengantri.

Menurut seorang pelanggan setia, Didik, masakan kambing Bu Suman empuk dan lezat. Warga Jl. Transmigrasi Plajau Komplek Sampurna Blok J, kecamatan Simpang Empat, kabupaten Tanah Bumbu ini mengaku sudah 5 tahun berlangganan makan sate dan gulai kambing di Blok A ini. Ia rela sepekan sekali setiap Selasa pasti mampir ke warung ini.

“Saya langganan sejak 5 tahun lalu. Awalnya diajak teman, lama-lama ketagihan. Soalnya dagingnya empuk dan renyah, pokoknya lezat maknyos,” ucap Didik.

Meski harus menempuh 20 kilometer perjalanan, rasa penatnya hilang sesaat sudah duduk mencicipi kuliner daging kambing ini. Didik selalu rindu menikmati gurihnya masakan di kedai Bu Suman, kadang bersama keluarga, atau mengajak teman. Selain lezat, harga yang terjangkau juga menjadi pertimbangannya menjadi pelanggan di warung ini.

“Tak hanya enak, harganya juga terjangkau. Cuma Rp. 50 ribu sudah bisa menikmati satu porsi sate kambing dan gulainya,” jelasnya.

Sebagai pelanggan tetap, ia berharap pemilik warung menambah luas bangunan, karena saat ramai banyak tamu yang harus antri menunggu giliran duduk.

“Menurut saya warung ini harus dilebarkan, harus diperluas. Kan banyak pengunjungnya, kalau pas rame terpaksa harus mengantri. Mudahan kedepan pemilik warung bisa menambah bangunan ini,” harapnya.

Siti Masitah, pemilik warung Bu Suman menceritakan, jika ia mewarisi kedai kambing ini sejak 7 tahun terakhir. Menurut putri Bu Suman ini, kedainya sudah ramai sejak dikelola almarhumah ibunya. Ia masih ingat ketika berusia 6 tahun, sudah terbiasa warungnya dipenuhi pelanggan.

“Warung ini dulunya bangun dan dikelola almarhum ibu sejak saya kecil. Setelah beliau meninggal, saya yang terusin sebagai generasi kedua,” kata Masitah.

Masitah sendiri mengaku tak memiliki bumbu spesial dalam menyajikan masakan kambing di kedainya, racikan rempah sama seperti yang dijual di warung-warung kebanyakan.

“Tak ada resep khusus dalam menu masakan yang dihidangkannya. Kalau orang tanya juga saya bilang sama aja seperti yang lain,” jawabnya dengan tersenyum.

Namun, Masitah mengaku daging kambing yang dijualnya segar, karena disembelih langsung ditempat usahanya itu sebelum dimasak. Sehingga dagingnya fresh, empuk dan renyah, serta kualitasnya terjaga.

Dari 3 menu daging kambing yang disajikan, yakni sate, gulai dan tongseng, nyaris semuanya diminati pelanggan. Dalam sehari setiap pekannya, selama ini rata-rata 7 ekor kambing jenis etawa yang dibutuhkan.

“Namun dalam setahun terakhir, selama pandemi melanda daerah ini, memang ada penurunan, hanya sekitar 3-4 ekor kambing yang terpotong,” pungkasnya.

Sementara terkait warung mereka hanya buka dihari Selasa, Masitah punya alasan tersendiri. Pertama Selasa merupakan hari pasar rakyat di kampung Blok A desa Manunggal.

“Kedua, agar pelanggan tidak bosan, dan selalu kangen mencicipi masakan kambing di kedai kami, karena hanya buka sepekan sekali saja,” kelakarnya.

Meski tempat makan ini hampir tidak pernah sepi dari pengunjung, tapi pelayanannya cukup cepat. Dengan mengandalkan 6 orang karyawan yang setia, kedai ini siap melayani setiap tamu. Sehingga saat menyajikan pesanan pengunjung tak butuh waktu lama menunggu hidangannya.

Penulis Alhakim

Advertisements