Penulis : Redaksi

Banjarmasin, lenterabanua.comProyek Food Estate atau lumbung pangan di Kalimantan Tengah, sebagai antisipasi krisis pangan dampak pandemi Covid-19, menarik pandangan Komisi II DPRD Kalsel. Mereka tertarik mendalami pemanfaatan lahan gambut untuk tanaman pangan dan holtikultura tersebut.

Salah satu bentuk minatnya dengan kembali mendalami Proyek Food Estate di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), Senin (4/10/2021).

“Selain bersilaturahmi, kedatangan kami juga untuk melihat sejauh mana perkembangan pembangunan pertanian di wilayah Pulang Pisau ini,” ungkap Ketua Komisi II DPRD Kalsel, Imam Suprastowo, Selasa (5/10/2021) di Banjarmasin.

Khususnya, kata Imam, terkait implementasi program peningkatan penyediaan pangan nasional melalui pengembangan kawasan Food Estate.

“Kunjungan kerja itu sebagai wahana diskusi dan saling bertukar informasi mengenai pelaksanaan dari program tersebut,” sambungnya.

Yakni, jelasnya, tentang bentuk kegiatan dan penerapan teknologi yang berjalan. Sehingga nantinya juga dapat program ini diimplementasikan dan ditularkan di Kalsel.

“Apalagi sektor pertanian dan perkebunan menjadi salah satu prioritas pembangunan Pemprov Kalsel saat ini,” jelasnya.

Sehingga, imbuhnya, untuk mewujudkannya banyak hal yang perlu terus diupayakan dalam berbagai hal. Diantaranya butuh penguatan koordinasi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, petani, hingga stake holder lainnya.

“Karenanya, Komisi II ingin menggali informasi mengenai koordinasi berbagai di Pulang Pisau sehingga program kegiatan yang dijalankan dapat terealisasi secara optimal,” tandasnya.

Untuk diketahui, tujuan dari penyelenggaraan “Food Estate” (FE) diantaranya untuk mengantisipasi kondisi krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Selain itu akibat perubahan iklim serta guna mengurangi ketergantungan pangan terhadap impor.

Sehingga pemerintah memutuskan membangun lumbung pangan di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau dengan Program Food Estate. Ini penting agar Indonesia memiliki cadangan pangan strategis, terutama menghadapi potensi krisis pangan dunia. ***

Advertisements